Rabu, 28 Mei 2008

Berhala

Berhala adalah bentuk yang diagungkan manusia sebagai wujud penghambaannya kepada Tuhan. Berhala bisa berupa apa saja asalkan wujud ini dituhankan oleh pensembahannya. Berhala jaman dahulu berupa patung yang terbuat dari batu, kayu, perak atau emas yang dibentuk menjadi wujud yang sangat diagungkan dan dicintai. Misalnya kamu Ibrahim yang menyembah berhala dari batu, kaum Nabi Musa menyembah berhala sapi betina yang terbuat dari emas, kaum Ratu Bilqis yang menyembah tugu batu perwujudan dewa matahari.

Sejarah peradaban manusia modern juga tidak lepas dari berhala-berhala ini, tetapi wujudnya sudah sangat bervariasi. Berhala modern berupa sepak bola, komputer, hp, artis, aktor, juga berupa apapun yang diagungkan dengan dalih apapun. Sadar atau tidak, adanya sajian hiburan dengan nama Indonesia Idol, KDI, Mamamia, AFI, dan reality show membuat kecenderungan akan kesukaan dan pemujaan terhadap figur manusia. Begitu nge_fannya sampai dibela-bela datang lebih awal, membayar, berdesakan, antri, hanya untuk menyaksikan berhala dengan nama konser musik. Mereka begitu histeris menikmati sajian lagu yang dinyanyikan idola. Mengikuti lirik lagu sambil mengikuti aba-aba artis. Sangat khuyuk, seperti menikmati ritual agama ala pemujaan terhadap Tuhan.

Berhala ala Amerika lain lagi, untuk sumber energi minyak yang berlimpah manusia boleh melakukan kerusahan alam, pembunuhan anak-anak, perempuan dan jiwa tak berdaya menjadi budaya yang dibenarkan. Jelas ini adalah tindakan biadab melampaui batas, tetapi semua mejadi cerita kosong di depan todongan senapan dan gempuran meriam. Anak-anak Iraq pada saatnya nanti menuntuk keadilan dengan caranya sendiri. Amerika telah menyembah barhala bernama energi dengan biaya mahal berupa penghancuran peradaban manusia. Selamat datang peradaban perang ala Amerika.

Berulang kali kita menyaksikan berita tragedi kerusuhan pada konser yang digelar oleh group band Ungu, Peterpen, Samson Stella on7. bahkan tragedi tidak hanya pingsan, luka,dan kerusuhan. Di Peklongan beberapa bulan lalu konser band yang digelar Ungu menimbulkan korban jiwa meninggal beberapa orang. Umumnya mereka adalah anak muda belasan tahun yang sedang gandrung dengan group ini. Konser Slank juga demikian, beberapa hari lalu di Kediri konsernya rusuh dan menimbulkan korban luka beberapa pemuda. Mereka mejadi beringas dengan kehadiran lagu-lagu ini. Mengapa?

Memang sangat mengasikkan menyaksikan group band kesayangan manggung di depan mata, sehingga semua unsur raga dan jiwa seolah tersedot kepusaran panggung konser. Letih, kesal dan capai tidak menjadi peredup semangan, dan inilah energi fusi yang jarang muncul pada saat kita menghadap Illahi pada saat shalat, dan zikir. Shalat kita hambar dan ringan saja, lewat tanpa ada bekas atau goresan taqwa Illahi, mengapa?


Apakah ritual ini juga anda rasakan pada saat melakukan shalat? Apakah ini terjadi di forum pengajian-pengajian yang diselenggarakan di tempat anda?

Di mana Tuhan pada kehidupan kita? Apakah hanya pada saat ada pengajian yang fkekuensinya sebulan sekali, atau setahun dua kali? Padahal kita mempunya kesempatan 24 jam sehari, 720 jam sebulan, dan 8760 jam setahun. Cukup panjang waktu yang tersedia tetapi sedikit sekali yang kita gunakan untuk Tuhan, sementara keseharian kita penuh dengan kesibukan diri. Kapan kita kembali kepada Tuhan yang memiliki alam semesta dan seisinya.
Paiton, 24 Januari 2008.
Jaiman

Tidak ada komentar: