Rabu, 28 Mei 2008

Kalau Cucu Saya Kembali Uang

Jawa Pos 15 September 2007, ada berita ringkas bertajuk “Istri Cerai, Anak Kanker, Cucu Mati Usai Memenangkan Jackpot 3 triliun”. Ini cerita asli yang terjadi di Negeri Paman Sam (US), Mount Hope. Seorang laki-laki bernama Jack Whitakker, tiga tahun lalu memenangkan jackpot senilai USD 315 juta atau setara dengan 3 triliun rupiah. Tetapi apa yang terjadi? Bukan kebahagiaan yang dia nikmati melainkan mala petaka.

Istrinya yang semula rajin sembahyang di gereja berubah drastis dan meninggalkannya. Anaknya yang dicintai menderita penyakit kanker berkepanjangan, sementara itu cucu satu-satunya yang paling dicintai kecanduan narkoba sejak umur 14 tahun dan akhirnya meninggal dunia pada usia 17 tahun.

Bukan hanya itu, Whitakker sendiri juga kerap kali menjalani tuntutan hukum karena melakukan tindakan tercela atau pelanggaran hukum. Misalnya dua kali dihukum karena mengendarai mobil dibawah pengaruh alkohol, mengalami beberapa kali tuntutan dari pegawa kasino karena tindakan kekerasan. Terakhir 3 perempuan pegawai kasino menggugat Whitakker karena melakukan tindakan kekerasan dan percobaan pemerkosaan. Lengkap sudah penderitaannya. Dia menderita bukan karena miskin justru karena memiliki kekayaan berlimpah.

Ada hal yang sangat menarik waktu ia melakukan wawancara dengan Associated Press (AP) tanggal 14 September 2007, Dia mengatakan “Jika bisa mengembalikan cucu saya, saya akan mengembalikan seluruh uang yang saya menangkan, tetap saya tidak bisa mendapatkan cucu saya kembali, jadi lebih baik saya simpan saja uangnya”.

Kisah ini sarat makna dan bisa dijadikan pelajaran berharga terutama ditengah-tengah kerasnya hidup manusia serba hedonis yang bekerja mati-matian untuk menumpuk harta demi mendapatkan cita-cita bahagia. Apa yang salah dengan kisah ini? Bagaimana sebaiknya bersikap dengan harta?

Waktu tidak bisa diundur, apa yang telah terjadi tidak bisa di-reverse lalu disetting sesuai dengan keinginan kita. Sekali mementukan pilihan, konsekuensi harus diterima. Baik dan buruk soal kemampuan kita menggontrol peristiwa. Bagaimana peristiwa yang akan terjadi dibuatkan frame yang tegas supaya kemungkinan-kemungkinan terjadi penyimpangan dan kejadian luar biasa dapat dikendalikan. Manusiawi kalau orang kaya dengan uang berlimpah akan membelanjakan uangnya berhambur-hambur karena memilikinya dengan jumlah sangat melimpah. Segala yang berlebihan mmbawa keburukan, setiap keburukan membawa kerusahan, setiap kerusakan membawa bencana. Mari kita beranalogi secara sederhana, misalnya kita sedang kehausan lalu minum sirup yang manis dan dingin, pertama-tama kita merasakan efek segar dan nikmat luar biasa. Kemudian ditambah dengan gelas kedua ternyata makin nikmat, kemudian gelas ke tiga, mulai berkurang kesegarannya karena sudah merasa kenyang. Gelas keempat mngkin muntah karena perut terlalu penuh, kalau masih dipaksakan dengan gelas kelima dan seterusnya, mungkin tumpah dan mubazir.Bukan rasa segar yang kita rasakan melainkan sakit perut.

Nah, di sini kita makin paham ternyata harta berlimpah bukan sarana mendapatkan kebahagiaan, jadi biasa saja dengan harta benda dan cara mendapatkannnya. Wajar saja, tidak perlu dikejar-kejar dengan cara-cara buruk seperti judi. Jackpot memang salah satu model judi paling top di US, sehingga menjadi prestice, tetapi seseungguhnya kebohongan.
Surabaya, 16 September 2007.
Jaiman

Tidak ada komentar: